Daftar Isi:
Daun Sang adalah sejenis tumbuhan palem yang memiliki daun yang lebar, besar, dan relatif kuat. Di Indonesia kamu bisa menemukan tanaman endemik ini di kawasan Aras, sebuah wilayah di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Yang termasuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser.
Daun Sang disebut juga dengan nama daun payung, daun raksasa, atau salo. Di pedalaman Semenanjung Malaya dan Sarawak, daun ini digunakan masyarakat lokal untuk atap rumah. Sehingga dinamakan daun payung.
Tanaman ini merupakan salah satu dari empat spesies anggota genus Johannestijsmania, sejenis pinang-pinangan atau palem (Arecaceae) yang tumbuh hanya di kawasan hutan Asia Tenggara.
Baca juga:
* 7 Manfaat Daun Kari, Bisa untuk Bumbu dan Kesehatan Lho!
Nama Lain
Daun sang memiliki banyak nama. Di negara kita Indonesia, daun berbentuk besar ini disebut juga dengan nama sang gajah, daun payung, sang minyak (Sumatra Utara), dan daun salo (Riau).
Di Malaysia masyarakat menyebutnya dengan nama sal. Di Thailand disebut dengan bang soon. Sedangkan di Inggris disebut diamond joey palm, joey palm, atau umbrella leaf palm.
Selain di Sumut, daun sang yang unik ini juga ditemukan di Serawak, Malaysia, Thailand, Kalimantan bagian barat dan Sumatera, Indonesia.
Ditemukan di Pedalaman Sumatera
Daun Sang pertama kali ditemukan di pedalaman Sumatera pada awal abad ke-19 oleh seorang profesor botani asal Belanda bernama Teijsman atau Elias Teymann Johannes. Sesuai nama penemunya, kemudian diberi nama latin Johannestijsmania altifrons.
Bentuk Daun Sang
Uniknya adalah Daun Payung memiliki sisi yang berduri. Bentuknya pun melebar di tengah serta meruncing di bagian pangkal dan ujung. Karena ukuran daunnya yang diatas normal ini, masyarakat dahulu sering memanfaatkan daun payung untuk atap rumah ataupun atap gubuk di ladang.
Kalau dilihat sekilas, daun sang seolah hanya terdiri dari daun tanpa penopang batang. Ini karena ukuran batangnya yang pendek sering tersembunyi dalam tanah. Sehingga yang tampak menyembul ke permukaan hanya daunnya saja.
Tampilan daun pun cukup memikat, dengan warna hijau yang berkilat menyerupai daun kelapa. Dan keseluruhan tanaman ini serupa berlian. Permukaan daunnya bergurat dan tepiannya bergerigi.
Tidak mengherankan kalau tanaman ini juga dijadikan sebagai tanaman hias oleh beberapa pencinta tanaman hias.
Sifat
Daun sang bisa tumbuh di ketinggian antara 85-175 meter dpl. Bisa ditemukan di lereng bukit dengan kemiringan 45 derajat, hingga lereng curam dengan kemiringan lebih dari 60 derajat.
Sifat uniknya yang tidak tahan panas juga membuat tanaman ini hanya tumbuh di tempat-tempat yang tidak terpapar sinar matahari langsung, karenanya secara umum ditemukan di bawah naungan pohon lain. Biasanya pohon-pohon rindang, dengan berkelompok membentuk rumpun.
Sekarang tanaman ini juga termasuk tanaman yang dilindungi. Sekarang daun sang dapat ditemukan di dua tempat, yaitu di Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNTB) berada di Povinsi Riau dan Jambi, serta Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
Manfaat Daun Sang
Daunnya yang tebal dan kuat sering dimanfaatkan oleh warga untuk membuat atap dan dinding rumah. Daun raksasa sanggup menahan air hujan dalam jangka waktu yang cukup lama. Meskipun demikian, daun yang berwarna keputih-putihan bilamana kering ini tidak setahan dan seawet daun rumbia atau daun nipah.
Sampai saat ini, masih ada masyarakat di daerah Langkat dan Besitang yang masih menggunakan daun raksasa untuk membuat rumah atau gubug di ladang.
Daun raksasa, di negara Thailand bahkan ada yang menggunakannya untuk atap sebuah sekolah ramah lingkungan. Juga sering dijadikan sebagai payung darurat seperti halnya daun pisang, karena daunnya yang lebar.
Perawakan tanaman ini indah, apalagi daunnya; mungkin dapat juga dijadikan tanaman hias. Pernah tanaman ini hendak diujicobakan sebagai tanaman hias, tetapi kurang begitu berhasil karena mungkin akarnya yang bekerjasama dengan jamur mikoriza, yang bisa ditemui di tempat asalnya.
Hampir Punah
Sayangnya, saat ini Daun Sang yang indah dan unik ini masuk dalam daftar tanaman yang hampir punah. Illegal lodging, pembukaan lahan, serta pembakaran hutan, memberikan pengaruh yang sangat buruk bagi keberlangsungan makhluk hidup didalamnya, termasuk Daun Payung ini.
Dengan mencegah pembukaan hutan bisa berarti mencegah punahnya daun raksasa ini. Kondisi Daun Sang yang tidak tahan panas semakin memperparah perkembangbiakannya. Sebab pepohonan rindang yang berperan melindunginya dari sengatan matahari, kini sudah semakin menipis.
Kalaupun Daun Payung masih ada, tidak memiliki habitat yang leluasa lagi. Keadaan ini tentunya berbeda dengan masa dahulu, saat hutan kita masih terjaga kerimbunannya dan bebas dari pembakaran.
Baca juga:
* 11 Khasiat dan Manfaat Daun Salam Bagi Kesehatan, Ampuh Lho!
Oleh sebab itu, kalau kamu mengetahui keberadaan Daun Sang sebagai salah satu kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia, kamu turut bertanggungjawab untuk menularkan pengetahuan tersebut kepada orang-orang sekitarmu.
Agar anak cucu kita masih bisa melihatnya kelak. Serta tidak merasa asing mendengar dan mengetahui persisnya jenis juga bentuk dari Daun “Raksasa” Sang. Ayo bantu sebarkan info ini guys! Agar kawan dam saudara-saudara kita mengetahuinya.
Sumber:
* http://www.gosumatra.com/daun-sang-daun-raksasa-penghuni-sumatera/
* https://id.wikipedia.org/wiki/Daun_payung
Leave a Reply