Daftar Isi:
Cabin fever bisa saja terjadi pada seseorang yang ‘terkurung’ di rumah dalam waktu tertentu. ‘Terkurung’ selama akhir pekan karena hujan yang terus menerus. Atau tidak bisa kemana-mana karena terjebak di rumah selama badai salju musim dingin.
Pada kenyataannya, Cabin Fever bisa terjadi kapan saja ke siapa saja yang merasa terisolasi atau terputus dari dunia luar. Bisa juga karena pandemi covid-19 akibat menyebarnya virus corona akhir-akhir ini.
Saat seseorang terkurung dalam rumah dalam waktu yang lumayan lama, bisa mengalami serangkaian emosi atau gejala dari Cabn fever ini. Bisa dalam berbagai keadaan. Seperti terjadinya bencana alam, moda transportasi yang berkurang. Atau saat social distancing karena pandemi COVID-19 saat ini.
Baca juga:
* Gatal Karena Stress? Baca Penjelasannya Disini
Yuk kita kenali gejala cabin fever dan ketahui cara mengatasinya. Baca terus sampai selesai ya.
Apa itu Cabin Fever?
Dilansir di healthline.com, istilah cabin fever digunakan untuk menjelaskan perasaan bosan atau lesu karena telah terjebak dalam ruangan selama beberapa jam atau hari. Tapi ini bukannya gejala nyatanya.
Sebaliknya, cabin fever adalah serangkaian emosi negatif dan sensasi menyedihkan yang mungkin dihadapi seseorang saat terisolasi atau merasa terputus dari dunia luar.
Perasaan terisolasi dan kesepian ini lebih mungkin terjadi pada saat-saat social distancing, masa karantina diri selama pandemi. Atau bisa juga karena berlindung di rumah karena cuaca buruk.
Memang, demam kabin dapat menyebabkan serangkaian gejala yang bisa sulit untuk dikelola tanpa teknik koping yang tepat.
Cabin fever bukan gangguan psikologis yang diakui, namun bukan berarti perasaan itu tidak nyata. Kesedihan itu sangat nyata. Ini bisa mengganggu kehidupan kita sehari-hari.
Apa Gejala Cabin Fever?
Gejala cabin fever bisa jauh melampaui dari rasa bosan atau rasa “terjebak” di rumah. Mereka berakar dalam perasaan isolasi yang intens dan mungkin termasuk:
- kegelisahan
- motivasi menurun
- mudah marah
- keputusasaan
- kesulitan konsentrasi
- pola tidur yang tidak teratur, termasuk sulit tidur
- kesulitan bangun tidur
- lesu
- rasa tidak percaya pada orang di sekitar
- kurangnya kesabaran
- kesedihan atau depresi yang berkepanjangan
Bagaimana ‘demam kabin’ ini mempengaruhi, tergantung juga dari kepribadian dan watak alami kita sehari-hari.
Sebagian orang bisa mengatasi perasaan-perasaan yang muncul dengan mengalihkan perhatian dengan berkegiatan. Mengerjakan sesuatu yang kreatif untuk menghabiskan waktu dan menangkal gejala.
Sedangkan orang lain mungkin akan menghadapi kesulitan besar mengatasinya. Hanya menunggu semua situasi segera berlalu.
7 Cara Mengatasi Cabin Fever
Kondisi psikologis ini belum dikenali. Jadi belum ada standar “perawatan” secara khusus. Namun, para profesional kesehatan mental mengakui bahwa gejalanya sangat nyata.
Mekanisme menghadapi situasi ini akan banyak berhubungan dengan situasi pribadi kita dan alasan kita melakukan social distancing sejak awal.
Menemukan cara mengatasi, yang berarti melibatkan otak kita dan mengisi waktu, dapat membantu mengurangi rasa tertekan dan mudah marah yang terjadi.
Berikut ini beberapa ide yang bisa dicoba:
1. Beraktivitas di luar rumah
Dilansir di ResearchTrusted, dikatakan bahwa menghabiskan waktu di alam sangat baik untuk kesehatan mental.
Menghabiskan waktu di luar ruangan bukan hanya meningkatkan fungsi kognitif, juga dapat membantu:
- meningkatkan mood
- mengurangi stres
- meningkatkan perasaan kesejahteraan
Kalau keluar rumah bukan pilihan, bisa mencoba:
- buka jendela agar angin bisa lancar keluar masuk
- lihat pemandangan tanaman di luar
- pesan atau beli bunga yang harum. tempatkan di tempat yang bisa kita lihat dan cium sepanjang hari
- menanam tumbuh-tumbuhan atau tanaman kecil di ambang jendela, teras, atau balkon
2. Beri diri kita kegiatan
Selama di rumah saja, mungkin kita tidak memiliki sesuatu yang dikerjakan seprti saat berada di kantor. Kurangnya rutinitas dapat menyebabkan gangguan makan, tidur, dan aktivitas.
Work from Home (WFH) bukanlan alasan untuk bermalas-masalan. Cobalah membuat rutinitas sehari-hari. Coba untuk tetap bangun pagi dan mengerjakan berbagai pekerjaan di rumah. Jaga waktu makan, waktu latihan, dan waktu istirahat yang teratur.
Bisa juga membuat ‘outline’ kegiatan harian selama di rumah saja. Agar kita bisa memiliki ‘tujuan mini’ setiap harinya.
3. Pertahankan kehidupan sosial
Kita bisa jadi sedang tidak bisa pergi ke cafe bersama kawan-kawan. Tidak bisa nongkrong dan ngobrol hingga larut malam. Namun bukan berarti tidak bisa berkomunikasi lagi bukan?
Kita masih bisa “bertemu” dengan mereka, hanya saja dengan cara yang berbeda. Bisa gunakan layanan streaming video real-time, seperti Zoom, facebook massenger, Skype, untuk mengobrol dengan keluarga dan teman.
Dengan tetap terhubung ke “dunia luar” bisa membuat rumah kecil kita terasa jauh lebih lapang. Dan bisa membantu kita untuk tidak merasa sendiri atau kesepian.
Tetap berbagi ide dan pikiran atau emosi, bisa membantu menyadari bahwa apa yang kita rasakan adalah normal.
Berkomunikasi dengan orang lain bisa membantu kita menemukan berbagai solusi kreatif untuk masalah yang sedang kita hadapi di rumah.
Baca juga:
* 5 Cara Alami Mengobati Tenggorokan Sakit
4. Ekspresikan sisi kreatif
Pernah memiliki keinginan untuk melukis atau menulis? Atau pernah punya hobi bermain musik? Punya resep makanan yang belum sempat dicoba di dapur karena selama ini sibuk?
Selagi ada banyak waktu di rumah, bisa kita maksimalkan keinginan-keinginan kita yang belum terlaksana. Kita habiskan waktu dengan kegiatan kreatif agar otak kita sibuk dengan hal positif.
Dengan menjaga pikiran kita dengan hal-hal positif bisa membantu menangkal perasaan bosan atau gelisah. Juga bisa membuat waktu terasa lebih cepat berlalu.
5. Me Time
Kalau kita tinggal bersama dengan orang lain, perasaan cabn fever mungkin bertambah dengan dekatnya kita ke orang lain.
Orang tua memiliki tanggung jawab terhadap anak-anak. Kakak dan adik memiliki tanggung jawab satu sama lain. Namun bukan berarti kita tidak bisa memiliki waktu sendiri.
Beri diri kita waktu untuk “menjauh” dari orang lain agar bisa bersantai. Temukan tempat yang tenang untuk membaca buku dan bermeditasi. Atau berbaring di ruang tamu dan mendengar lagu-lagu yang memberi semangat.
6. Berkeringat
Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa orang yang berolahraga teratur akan lebih jarang mengalami kecemasan daripada orang yang tidak berolahraga. Ini karena karena aktivitas fisik menurunkan hormon stres, seperti kortisol, dari tubuh kita.
Olahraga akan menyebabkan otak kita melepaskan endorfin. Neurokimia ini bisa meningkatkan suasana hati dan perasaan sehat secara keseluruhan.
Kita bisa tetap berolahraga di dalam rumah dengan menggunakan berat badan atau peralatan sederhana. Bisa push-ups, squat, plank, dan lainnya.
Bisa lihat metode dan cara yang benar berolahraga di berbagai video di youtube.
7. Santai
Kita tidak harus merencanakan kegiatan untuk setiap menit dan setiap hari di rumah. Beri diri kita waktu untuk istirahat. Cari cara konstruktif untuk bersantai.
Menarik napas dan latihan relaksasi bisa membantu kita menjaga kesehatan emosi. Serta menyeimbangkan perasaan terisolasi atau frustrasi selama berada di rumah saja.
Kesimpulan
Isolasi bukanlah keadaan alami bagi banyak orang. Kita semua adalah mahluk sosial. Kita menikmati bekerja dan berkegiatan di luar rumah. Susah untuk berada di rumah dalam waktu yang cukup lama.
Baca juga:
* Manfaat Tertawa Bagi Kesehatan, No. 7 Bikin Panjang Umur
Namun, perlu kita garisbawahi juga bahwa berlindung di rumah untuk menghindari dan meminimalkan penyebaran penyakit, adalah hal penting yang harus kita lakukan. Agardiri kita dan masyarakat umum bisa terhindar dari penyebaran virus corona ini.
Selama di rumah saja, temukan cara untuk membuat otak dan otot kita bekerja. Isi waktu dengan kegiatan positif untuk mengatasi Cabin Fever dan perasaan terisolasi dan gelisah yang sering menyertainya. Semoga artikel ini bermanfaat.
(Dari berbagai sumber)
Leave a Reply